RSS

Kopi Hitam

Coba di minum ketika hujan turun, pasti akan lebih nikmat. 
Sebelum meminumnya, cium dulu aromanya.
Sruput perlahan, kalau ada sendok, pakailah sendok.
Sedikit-sedikit dan pelan-pelan.
Sruput dengan mata terpejam, nikmati, rasakan, dan hayati rasanya. Nikmat bukan?!

Ya, hanya untuk pecinta dan penikmat kopi hitam.

Ketika aku KKN, dimana tempat KKNku adalah penghasil kopi hitam nusantara *yang ini lebai* Tiap pagi, aku selalu menikmati kopi hitam dengan Mbah kakung dan Mbah putri di dapur, sambil bercerita sambil membantu Ibu masak atau cuci piring atau apapun yang bisa ku kerjakan. Banyak cerita, perjuangan Mbah Kakung, ketika Mbah Kakung dipertemukan oleh Mbah Putri, masa kecil Ibu hingga Ibu dinikahi oleh Bapak, kenapa Bagus dan Dika memiliki wajah yang berbeda meski mereka kakak-adik, Bagus mirip Eyang dari Bapak dan Dika mirip Mbah Kakung, cerita sawah, panen, hasil panen, tembakau, biji kopi, brokoli, semuanya. Aku pun. Menukar cerita mereka dengan semua ceritaku. Bagaimana Abah-Ummah, bagaimana aku bisa bersaudara dengan Mbak Lin, Bagaimana bisa aku tinggal di Wonosobo sedang Abah orang Magelang dan Ummah orang Purworejo, bagaimana aku bisa bertahan hidup, bagaimana aku bisa betah harus bersahabat dengan obat hingga umur 12 tahun, bagaimana masa kecilku hingga aku KKN di desa itu, dan meyakinkan bahwa bangku kuliah tidak hanya untuk anak-anak orang berduit. Kopi hitam membuat kita bertukar cerita. Yang ku ingat, pernyataan Mas Irawan “Lah, mbak Amira ki gadis kok suka kopi hitam.” Kopi hitam tidak untuk laki-laki dewasa atau tua saja seperti pronomina persona pertama washi dalam bahasa Jepang yang hanya boleh digunakan oleh bapak-bapak bahkan simbah-simbah, bukan?!

Kopi hitam pula yang menemanimu dan ku, ketika hujan waktu itu. Kita duduk berdua, berhadapan. Kamu bercerita semua tentangmu, masalahmu, hal-hal yang mengganggu pikiranmu. Aku hanya mendengarkan, sesekali menanggapi, tersenyum, tertawa jika kamu lucu, dan sedih ketika kamu menunjukkan kesedihan. Kamu memintaku menyicipi espresso milikmu, yang hanya sedikit kamu tambahkan air gula karena alasan kamu yang tak terlau suka manis. Aku suka, selalu suka ketika kamu menyuruhku menyicipi apapun yang kamu makan. Aku ingat, selalu ingat, bagaimana kamu menikmatinya. Ah, kopi hitam membuatku ingat akanmu yang membuatku sangat ingin bertemu denganmu dan merengkuh tubuhmu lalu memelukmu ketika kesulitanmu datang seperti sekarang.

Berkat kopi hitam pula, aku memiliki teman akrab tambahan bukan teman baru karena sebelumnya kita sudah saling mengenal, hanya belum terlalu akrab. Teman yang konyol, teman yang absurd, dan teman yang nananina saking gilanya. Ketika itu, aku diajak oleh salah satu teman kenalanku dari Sumbing untuk main ke kos teman-temannya. Disana, aku yang masih (sedikit) malu-malu, disuguhi secangkir kopi hitam yang sebenarnya juga dia tidak berniat untuk menyuguhiku, hanya basa-basi semata *memang kelakuhan*. Pertanyaannya, “Ra, kamu suka yang manis apa pahit? Ini udah ku kasih gula sih.” Yang ku jawab dengan kata “apapun” karena aku menyukai keduanya, pahit dan manis. Dari secangkir kopi hitam untuk bersama itupun, malu-maluku berubah menjadi memalukan. Kita yang baru akrab pun seperti sudah akrab dari kecil. Kita bercerita masa kecil kita, meski berbeda tapi bisa seperti masa kecil kita barengan. Mungkin karena faktor #Generasi90an dan mereka seumuran kakakku, 2 tahun di atasku. Kita saling membully, saling bercerita kisah cinta, lebih tepatnya aku yang mereka pojokkan lalu terpojok, tersalahkan karena tidak peka akan perasaannya, ngecamp bareng, memasak jamur lada hitam yang sangat-sangat failed! Ah, jamur lada hitam. Tapi, kopi hitam yang menyelamatkan perut kami dari racun jamur lada hitam bikinanku. Lagi-lagi kopi hitam, bukan?!

Lagi-lagi kopi hitam, minuman kesukaan Abah. Pecintanya yang satu ini yang mengenalkanku padanya, yang membuatku jatuh cinta akannya. Pertama kali Abah mengijinkanku menyicipi kopi hitam bikinannya yang tiada dua enaknya, membuatku langsung jatuh cinta pada kopi hitam.


Dan sekarang, untuk melepas penatnya pikiranku tentang skripsi, sidang, wisuda, dosbing, masalah di rumah, pekerjaan dan semuanya, kopi hitam selepas hujan gerimis dan galau yang cukup lebat, aku bersamanya, menikmatinya, kopi hitam. Mengingat semua hal yang terjadi ketika aku bersama kopi hitam. Aku juga mengingatmu, seseorang yang sedang teramat ku rindukan meski kau bukan penikmat kopi hitam. Tak masalah buatku, karena kau mau menerimaku, perempuan yang sangat menyukai kopi hitam. Ah, kopi hitam. Banyak ceritaku bersamamu.

Read Users' Comments (2)